Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah ﷻ yang telah memilih kita untuk berada dalam medan amal yang sangat mulia: membina, mendidik, dan membimbing generasi Islam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, sang pendidik agung dan suri teladan dalam semua aspek kehidupan.
Ikhwan fillah, para musyrif dan pembina asrama yang dirahmati Allah,
Pekerjaan kita ini, meski kadang melelahkan, tidak populer, dan penuh tantangan, bukanlah pekerjaan biasa. Kita tidak sekadar menjaga ketertiban atau mengawasi aktivitas anak-anak. Kita sedang menanam nilai, membentuk akhlak, dan menyampaikan cahaya Islam dalam bentuk nyata.
Jika niat kita lurus, maka seluruh aktivitas kita — dari membangunkan santri sholat subuh, menasihati mereka dengan sabar, hingga menemani mereka dalam suka dan duka — akan bernilai ibadah, amal shalih, bahkan dakwah.
Allah ﷻ berfirman:
"وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَـٰلِحًۭا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ"
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’”
(QS. Fussilat: 33)
Menjadi musyrif bukan hanya tugas administratif. Antum adalah mu’allim al-khoir — pengajak kepada kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda:
" مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ"
"Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya."
(HR. Muslim)
Bayangkan jika satu nasihat antum hari ini membuat satu santri menjadi lebih taat. Lalu santri itu tumbuh menjadi pemimpin, pendidik, bahkan da’i. Maka pahala dari setiap kebaikan yang ia lakukan mengalir juga kepada antum — tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka.
Namun Allah juga mengingatkan:
"مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا... أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ"
(QS. Hud: 15–16)
Artinya, jika kita hanya bekerja demi gaji, jabatan, atau penilaian manusia, maka tidak ada bagian kita di akhirat. Na’udzubillah.
Maka perbarui terus niat kita. Jadikan pekerjaan ini sebagai ladang amal shalih, bukan sekadar rutinitas.
"Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang mendapatkan sesuai dengan niatnya."
(HR. Bukhari & Muslim)
Menjadi seorang musyrif atau pembina asrama bukan sekadar mengawasi aktivitas harian santri. Ini adalah bentuk pengabdian, amanah besar yang langsung bersentuhan dengan pembinaan akhlak, kedisiplinan, dan pembentukan karakter generasi penerus umat. Dalam menjalani amanah ini, tentu tidak selalu mudah. Ada lelah yang tak terlihat, ada sabar yang terus diuji. Namun, Islam telah memberikan motivasi agung bagi setiap hamba yang beramal sebesar atau sekecil apapun itu. Salah satunya terdapat dalam QS. At-Taubah ayat 105."
وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
Penutup
Ikhwan sekalian,
Allah tidak melihat hasil, tetapi kesungguhan kita. Kadang kita merasa tidak dihargai, tidak dianggap. Tapi ingat: yang menilai kita adalah Allah, dan yang menyiapkan pahala untuk kita adalah Allah.
Mari kita terus bekerja dengan ikhlas. Jadilah pembina yang bukan hanya menjaga fisik santri, tapi juga mengisi ruh mereka dengan iman, akhlak, dan cinta kepada Allah.
Semoga Allah menerima semua kerja keras kita, menjadikannya amal jariyah, dan mengangkat derajat kita sebagai para penjaga cahaya generasi Rabbani.
وَاللهُ المُستعان، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar